Rabu, 24 Juli 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA PARU



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Kanker adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam tubuh. Kanker ditandai oleh poliferasi sel abnormal. Memproduksi masa yang  padat, bentuk tumor dan neoplasma adalah istilah yang sering di pakai.
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal dan bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang lain.
Kanker paru merupakan penyakit yang sering  di derita pria dan wanita. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar  prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun dan kebanyakan yang menderita kanker paru meninggal dunia karena kurangnya pengetahuan pasien terhadap kondisi kesehatan.

 B.  RUMUSAN MASALAH
1.    Apa definisi dari kanker paru ?
2.    Apa etiologi dari kanker paru?
3.    Apa patofisiologi dari kanker paru ?
4.    Apa manifestasi klinis kanker paru ?
5.    Apa saja pemeriksaan  diagnostik pada kanker paru?
6.    Bagaimana penatalaksanan medis kanker paru ?
7.    Bagai mana asuhan keperatan pada kanker paru?

C.    TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar kita sebagai mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan   kanker paru
2. Tujuan Khusus
1.   Untuk mengetahui definisi dari kanker paru
2.      Untuk mengetahui etiologi dari kanker paru
3.      Untuk mengetahui patofisiologi dari kanker paru
4.      Untuk mengetahui manifestasi klinis kanker paru
5.      Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan  diagnostik pada kanker paru
6.      Untuk mengetahui penatalaksanan medis kanker paru
7.      Untuk mengetahui bagai mana asuhan keperawatan pada pasien kanker paru



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN KANKER PARU
Kanker adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. ( Zerich 150105 Weblog, by Erich ).

B.     ETIOLOGI
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
a)      Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik
b)      Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
c)       Kanker paru akibat kerja.
      Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.



d)     Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
e)      Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni:
v  Proton oncogen.
v  Tumor suppressor gene.
v  Gene encoding enzyme.
v  Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001)

C.    PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen.
Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.  
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Bronchus (percabangan segmen atau subsegmen)

Trauma oleh arus udara ( Tar Rokok,polusi industry,polusi udara)
Bahan karsinogenik mengendap
Perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi Bronchus

Deskuamasi                   Produksi Mukus Meningka
Cell cadangan (reserve cell) basal mukosa bronchus            Bersihan jalan nafas tidak efektif

                        Hyperplasi, metaplasi.

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2.    Gejala umum.
·         Batuk
            Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
·         Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
·         Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.    Radiologi.
v  Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
v  Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2.    Laboratorium.
v  Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.


v  Pemeriksaan fungsi paru dan GDA.
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
v  Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3.    Histopatologi.
v  Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
v  Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
v  Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
v  Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
v  Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4.    Pencitraan.
v  CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
v  MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

F.     PENATALAKSANAAN MEDIS
A  Penatalaksaaan Medis
a.       Pembedahan.
b.      Kemoterafi.
c.       Radioterap iradikal.
d.      Radioterapi paliatif.
e.       Terapi endobronkia.
f.       Perawatan faliatif.

A  Penatalaksanaan Perawat
a.    Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
b.    Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan

G.    PENCEGAHAN.
·         Hindari merokok.
·         Makan makanan yang bergizi.
·         Hindari asap pabrik.
·         Dll

H.    KOMPLIKASI
1.      Esofagitis.
2.      Pneumonitis.

















BAB III
 ASUHAN KEPERAWATAN


A.    PENGKAJIAN
ü  Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, dll.

ü  Riwayat kesehatan
·         Keluhan utama : Klien merasakan sesak di sertai dengan nyeri, & badannya lemas.
·         Riwayat kesehatan sekarang : Menurut keluarga, klien sejak 3 bulan yang lalu sering mengalami batuk-batuk yang kadang-kadang disertai sesak nafas, kemudian berobat ke dokter diberi obat dan keluhan berkurang.
·         Riwayat kesehatan lalu : Keluarga klien menyatakan klien tidak menderita penyakit jantung,diabetes ,asthma, dulu sering batuk- batuk, kemudian di obati dan sembuh.
·         Riwayat kesehatan keluarga : Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit keturunan atau penyakit menular seperti TBC, liver, jantung, kencing manis dan ginjal.

ü  Pemeriksaan fisik.
·         Keadaan Umum :
  Pasien tanpak lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada
·         Tanda – Tanda Vital
TD: 130/90 mmHg, Nadi : 112 x / m, Suhu : 38,6 derajat celsius, RR: 36 x/m.
1.    Sistem pernafasan
                  -       Sesak nafas, nyeri dada
                  -       Batuk produktif tak efektif
                  -       Suara nafas: mengi pada inspirasi
                  -       Serak, paralysis pita suara.
      2.    Sistem kardiovaskuler
                  -       tachycardia, disritmia
                  -       menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
                        3.    Sistem gastrointestinal
                  -       Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan
                       menurun.
      4.    Sistem urinarius
                  -       Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
      5.    Sistem neurologis

ü  Data penunjang.
·         Foto dada, PA dan lateral
·         CT scan/MRI
·         Bronchoscope
·         Sitologi : TTB, biopsy kelenjar getah bening leher.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2.    Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang berhubungan dengan invasi kanker ke                                                     
       pleura, atau dinding dada.
3.    Perubahan nutria kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan Anoreksia
4.    Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara ke
       alveoli  atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli.
                  
C.    PERENCANAAN KEPERAWATAN
ü  Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Tujuan : Di harapkan pola nafas klien efektif.
Kriteria hasil :
a.       Klien mengungkapkan sesak berkurang/ tidak sesak.
b.      Respirasi dalam batas normal.
c.       Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
Intervensi dan rasional
1.      Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
R/:   Untuk mengetahui frekuensi & kedalan pernafasan karena kedalamam pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas.

2.        Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas tambahan.
R/: Perubahan bunyi nafas menunjukan obstruksi sekunder.
3.       Observasi pola batuk dan karakter secret
R/:   Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritatif
4.      Berikan pada klien posisi semi fowler.
R/:   Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
 upaya pernafasan
5.        Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan.
 R/: Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja nafas.
6.        Berikan humidifikasi tambahan.
 R/:  Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu
 pengenceran secret.

ü  Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang berhubungan dengan invasi kanker ke                                                      
 pleura, atau dinding dada.
Tujuan : pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dan Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil:
a.       Tidak bingung dan gelisah.
b.      TTV normal.
c.       Tidak sesak.
d.       Nilai GDA normal.
Intervensi dan rasional:
1.      Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan.
 R/: Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya
 proses penyakit.
2.       Auskultasi paru untuk penurunan bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan
 R/:  Area yang tak terventilasi dapat diidentifikasikan  dengan tak adanya
 bunyi nafas.
3.      Observasi ferfusi  daerah akral dan sianosis ( daun telinga, bibir, lidah dan
  membran lidah )
 R/: Menunjukan hipoksemia sistemik.


4.      Lakukan tindakan untuk memperbaiki jalan nafas.
R/:  Jalan nafas lengket/kolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi Secara negatif mempengaruhi pertukaran gas.
5.      Tinggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
R/: Meningkatkan ekspansi dada maksimal, membuat mudah bernafas meningkatkan kenyamanan.
6.      Berikan o2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA.
R/:  Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
ü  Perubahan nutria kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan Anoreksia
Tujuan : Nyeri   hilang/ berkurang.
Kriteria hasil:
a.  TTV normal klien nampak rileks.
b. Klien dapat tidur.
c.  Klien dapat berpartisi dalam aktivitas.
Intervensi dan rasional:
1.      Tanyakan pasien tentang nyeri, Tentukan karaktersitik nyeri.
R/:  Membantu dalam evaluasi gejala nyeri.
2.      Buat skala nyeri 0-10 rentang intensitasnya.
 R/: Membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri.
3.      Evaluasi keefektifan pemberian obat.
R/: Memberikan obat berdasarkan aturan.
4.      Kolaborasi: Berikan analgesik rutin s/d indikasi.
R/:  Mempertahankan kadar obat, menghindari puncak periode nyeri
ü  Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli  atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli.
Tujuan : Nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
                      Berat badan bertambah dan.menunjukan perubahan pola makan.
Intervensi dan rasional :
1.      Catat ststus nutrisi pasien pada penerimaan.
R/: Berguna dalam mengidentifikasi derajat kurang nutrisi.


2.      Berikan penjelasan tentang pentingnya makanan yang adekuat dan bergizi
R/: Meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan untuk menjalankan program
diet sesuai aturan.
3.      Dorong klien untuk makan diet TKTP.
R/:  Peningkatan pemenuhan kebutuhan.
4.       Pertahankan higiene mulut.
R/: Makanan di mulut menambah rasa ketidaknyamanan pada mulut dan
 menurunkan nafsu makan.
5.      Kolaborasi dengan Ahli gizi dalam pemberian makanan.
R/:  Meningkatkan kemampuan asupan sesuai dengan kemampuan klien.

D.    IMPLEMENTASI.
Tindakan ketika perawat melakukan kontak dengan pasien dan melakukan pendokumentasian proses keperawatan proses keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan.

E.     EVALUASI.


BAB IV
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker.
Etiologi:
Ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
·      Merokok
·      Iradiasi.
·      Kanker paru akibat kerja
·      Polusi udara
·      Genetik.
·      Diet.

2.      SARAN.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurang-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang



DAFTAR PUSTAKA

1.      Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta
2.      Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta
3.      Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan
4.      NANDA International. 2005. NANDA: nursing diagnoses: Definitios and Classification ( NIC ). The C.V mosby company, St. Louis
5.      Johnson, M, M, Mass, dan S. Moorhead. 2000. Nursing outcomes Classification ( NOC ). The C.V mosby company, St. Louis